Pada masa pandemi COVID-19 seperti saat ini, kebingungan merupakan suatu hal yang dialami oleh masyarakat. Kondisi ini menyebabkan banyak munculnya hoaks serta berita yang menyesatkan.Dokter muda yang juga tergabung dalam Tim Pakar Satgas Penanganan COVID-19 Budi Santoso mengatakan, ada beberapa hal yang biasa ia lakukan untuk mengenali mana informasi yang hoaks dan mana yang bukan.”Pertama saya melihat dulu bagian sumbernya. Apakah pemberitaan atau informasi itu mencantumkan sumber misalnya dari jurnal atau dari ahli-ahli yang memang kredibel atau tidak,” kata Budi dalam siaran dialog dari Graha BNPB, Jakarta beberapa waktu lalu.”Kalau misalkan tidak, kita harus lebih waspada,” ujarnya.Budi mengatakan, masyarakat bisa mulai melihat dari gaya penulisannya apakah melibatkan perasaan dari penulis.”Kadang-kadang yang melibatkan perasaan dari penulis jadi (membuatnya) lebih tidak scientific,” ujar Budi.”Tapi memang ada beberapa yang tidak, jadi tidak selalu,” sambungnya.
Peran Dokter dan Ilmuwan
Menurut Budi, untuk membedakan mana informasi yang kredibel atau tidak juga bisa dilakukan oleh semua kalangan, tidak hanya dokter saja.”Harus yang sudah mengerti dari cara logika berpikirnya. Apakah ini memang seperti ini atau ada kaitannya atau tidak, itu memang kita harus pahami betul,” kata Budi.”Kita juga kadang-kadang kalau sesuatu yang tidak ada hubungannya, pasti kita juga bingung, apakah memang seperti ini? Ketika kita sudah berpikir seperti itu, ada baiknya kita tidak langsung mempercayai informasi dalam pemberitaan itu,” ujarnya.Ia menambahkan, apabila seseorang ragu terhadap suatu informasi, ada baiknya bertanya atau mencari kebenarannya pada mereka yang lebih ahli.Pada kesempatan yang sama, Hariqo Wibawa, Direktur Eksekutif Komunikonten mengatakan bahwa di masa pandemi semacam ini, dokter dan saintis punya peran untuk aktif memberikan edukasi di media sosial misalnya untuk berinteraksi dengan masyarakat.”Jadi orang kadang-kadang ketika membaca berita, dia belum tentu percaya, tetapi ketika berinteraksi dia percaya,” kata Hariqo.Ia mencontohkan, dokter bisa melakukan interaksi lewat kolom komentar pertanyaan di media sosialnya dengan masyarakat yang bertanya.”Interaksi seperti itu yang membuat masyarakat dengan COVID-19 ini dan dia dengan sukarelawan bisa jadi buzzer bagi saintis,” tandasnya.